Galat basis data WordPress: [Disk full (/tmp/#sql-temptable-4e8-1d08d0-b92a.MAI); waiting for someone to free some space... (errno: 28 "No space left on device")]
SHOW FULL COLUMNS FROM `wp_options`

Kaspersky Peringatkan Ancaman Dark AI, Senjata Baru Serangan Siber Canggih
Teknologi

Kaspersky Peringatkan Ancaman Dark AI, Senjata Baru Serangan Siber Canggih

— Perusahaan keamanan siber Kaspersky mengingatkan masyarakat akan bahaya Dark AI, teknologi kecerdasan buatan yang dimanfaatkan pelaku kejahatan untuk melancarkan serangan siber tingkat lanjut. Temuan ini menjadi salah satu sorotan utama Kaspersky terkait tren ancaman digital global.

Menurut Sergey Lozhkin, Kepala Tim Riset Analisis Global (GReAT) untuk META dan APAC di Kaspersky, perkembangan AI sejak kemunculan ChatGPT pada 2023 telah membawa manfaat besar, mulai dari pembuatan konten hingga deteksi ancaman. Namun, di sisi gelapnya, teknologi serupa juga dimanfaatkan untuk memperkuat kemampuan serangan siber.

“Kita memasuki era di mana AI adalah perisai, dan Dark AI menjadi pedangnya,” ujar Lozhkin.

Apa Itu Dark AI?

Dark AI merujuk pada penggunaan Large Language Model (LLM) di luar batasan keamanan, kepatuhan, dan tata kelola standar, untuk tujuan berbahaya, ilegal, atau tidak etis. Teknologi ini dapat digunakan untuk penipuan, manipulasi, serangan siber, hingga pencurian data.

Salah satu bentuk paling populer adalah Black Hat GPT, yang muncul sejak pertengahan 2023. Model ini sengaja dirancang untuk menghasilkan kode berbahaya, merancang email phishing yang persuasif, membuat deepfake, hingga membantu operasi peretasan.

Beberapa contoh Dark AI yang sudah diketahui antara lain WormGPT, DarkBard, FraudGPT, dan Xanthorox, yang digunakan untuk kejahatan siber berskala global.

Ancaman dari Aktor Negara

Kaspersky juga mengungkap tren baru yang lebih mengkhawatirkan: aktor negara mulai memanfaatkan LLM untuk kampanye siber mereka. Laporan OpenAI bahkan mencatat lebih dari 20 operasi terselubung yang digagalkan karena berusaha menyalahgunakan AI untuk membuat identitas palsu, merespons target secara real-time, dan memproduksi konten multibahasa untuk mengelabui korban.

“AI tidak punya kemampuan membedakan benar atau salah. Bahkan dengan perlindungan, aktor siber tingkat lanjut tetap bisa menemukan celah,” tegas Lozhkin.

Imbauan Kaspersky

Kaspersky menekankan pentingnya organisasi dan individu di Asia Pasifik untuk meningkatkan kesadaran keamanan siber, menggunakan deteksi ancaman berbasis AI, dan terus mempelajari potensi penyalahgunaan teknologi ini.

“Semakin mudah diakses dan canggihnya perangkat Dark AI, semakin besar pula urgensi bagi kita untuk menjaga cyber hygiene,” pungkas Lozhkin.

Penulis: Mamet Janzuke